Senin, 31 Mei 2010

Bab 6

     "Kenapa, Carol? Kok lo teriak teriak?" Aku baru akan menghampiri Carol yang kelihatan ketakutan sekali. Tapi, langkahku terhenti saat melihat pemandangan di depanku. Carol tiba tiba memeluk Rizky! Ada peraaan aneh yang melintas di hatiku ketika melihat hal itu. Kalau didefinisikan itu seperi perasaan marah. Hei, ada apa dengan diriku? Melihatku, Rizky berusaha melepaskan pelukan Carol.
     "I..itu ada se....setaan!" Carol makin ketakutan . Ia menutup wajahnya sambil menunjuk 'setan' itu. Murid murid disitu juga kelihatan takut. Hah? Setan? Aku melihat arah yang ditunjuk Carol. Setan ini memakai baju panjang berwarna putih dengan wig dan berusaha membuat mukanya kelihatan seseram mungkin. Oke, apa setan itu lebih trendi daripada aku sampai memakai wig segala?  Sepertinya dunia per-setan-an sudah semakin maju. Setelah kuperhatikan, setan ini cukup lucu. Ia seperti berusaha menahan tawa. Muka seramnya kelihatan sekali dibuat buat.Dan dia sedang duduk di bangkuku. Apa? Bangkuku?
     "Oke, kita liat itu setan beneran atau cuma BADUT KELAS," aku menghampiri setan itu. Sayangnya, sebelum aku melakukan aksiku, dia sudah mengaku duluan.
     "Woyy ampun, ini gue.. ini gue..jangan ngelakuin apa apa Cher, please," pinta 'setan' itu dengan nada memohon. Lucu juga ya melihat setan seperti ini. Kontan, teman teman sekelas langsung menyoraki 'setan' itu. "Kenapa sih, selalu lo yang bikin gagal rencana gue Cher? Selalu lo," katanya dengan nada sinis. Setelah mengatakan itu, si 'setan' langsung pergi keluar kelas. Kali ini aku yang jadi pusat perhatian. Untunglah, kejadian awkward itu tidak perlu berlangsung lama karena Pak Petrus udah memasuki kelas diiringi suara bel. Si setan pun sudah kembali ke bangkunya dengan seragamnya lagi. Sial, kenapa aku jadi merasa bersalah. Aku kan sudah melakukan hal yang benar!

     "Cher, nanti, gue mau ngomong sama lo di taman sekolah pas istirahat ke 2," Kiko tiba tiba menghampiriku. Aku hanya mengangguk. Ia langsung pergi. Tak biasanya ia seserius ini. Kali ini aku sangat penasaran tentang apa yang ingin dikatakannya. Waktu terasa sangat lama. Aku ingin cepat cepat istirahat ke 2 supaya bisa tahu apa yang ingin dikatakannya.

     Bel istirahat pun akhirnya berbunyi. Kiko keluar paling pertama seperti biasanya. Aku mengikutinya dari jauh. Seampainya di taman, aku segera menuju ke bangku dimana Kiko duduk. Ia memberikan isyarat padaku untuk duduk di sebelahnya. Suasana menjadi agak awkward karena tidak adayang memulai pembicaraan.
     "Sorry," aku akhirnya buka mulut."Soal yang tadi, gue gak bermaksud bik-" kalimatku terhenti . Kiko menoleh padaku.
     "Lo gak perlu minta maaf, Cher. Lagipula, sebenernya gue yang salah," akhirnya ia membuka mulut. "Setelah gue pikir , ternyata gue ngelakuin itu semua buat cari perhatian. Biar gue diperhatiin. Soalnya gue bukan anak pinter kayak lo , Cher, gue iri banget sama lo," Aku hanya terdiam mendengarkan ucapannya.
     "Tapi, akhir akhir ini, gue ngerasa , kalo ternyata gue itu... gue itu.. gue suka sama lo Cher," aku makin tak bisa berkata apa apa. Aku mulai terbawa suasana yang diciptakannya."Lo.. mau gak jadi pacar gue?" Ia menatapku dalam dalam. Aku tak tahu harus menjawab apa.Tiba tiba aku melihat sesuatu di balik semak semak."Cher, lo mau gak jadi pacar gue?" Kiko mengulang pertanyaannya.
     "Gak," kataku dengan santai. Ia terlihat sangat terkejut.
     "Kenapa?" Tanyanya dengan muka kecewa. Aku hanya menjawabnya dengan menunjuk semak semak . Ia menoleh.  "Udah gue duga," katanya sambil tersenyum. "Lo itu gak cuma pinter di pelajaran," sambungnya.
      "Guys, ayo balik. Gue gagal ngerjain nona jenius ini," Kiko berkata pada sekumpulan anak yang daritadi berembunyi di balik semak semak. Mereka pun berjalan pergi. Tiba tiba ia berbalik lagi. "Cher," ia menghentikan kalimatnya.
      "Gak sepenuhnya yang gue katakan itu bohong. Gue emang suka sama lo dari lama. Dan setelah ngeliat kepinteran lo hari ini, gue makin suka sama lo," setelah mengatakan hal itu ia langsung pergi. Aku lagi lagi terdiam dibuatnya. Jantungku berdegup semakin kencang. Apakah kali ini ia berkata yang sebenarnya?

2 komentar:

  1. di baris ke 4 dari terakhir: MERIH => MERAIH??

    sebenernya yang si carol itu agak gak penting ya, kecuali nanti lanjutan ceritanya ada kejadian begitu lagi, tapi berhubungan sama alur.

    misalnya: carol ketakutan terus meluk rizky, chery jealous :))

    BalasHapus